Apakah Jodoh Pasti Bertemu? – Syaikh Ibnu Utsaimin #NasehatUlama
Saudari kita berkata, “Hati saya bimbang, saya jaga kehormatan saya dengan yang halal,namun justru saya terlambat menikah, berikan kami beberapa nasihat, dan semoga Tuhan kita mempermudah semua urusan.”
Baiklah, yang pertama, memohon pertolongan kepada Allah adalah perkara yang paling penting. Kemudian, meminta rezeki kepada Allah, termasuk di dalamnya meminta pasangan yang baik. Jadi, sesuatu yang dibutuhkan oleh wanita ini, dinanti-dinanti oleh gadis ini, yaitu bermimpi untuk memiliki suami, anak keturunan, rumah, dan keluarga yang mandiri, yang dia merasa tentram di dalamnya, dan hidup di dalamnya.
Ini adalah keinginan yang manusiawi bagi para wanita. Allah yang menciptakan mereka dan menjadikan keinginan ini ada dalam fitrah mereka. Dan juga, wanita ini harus melakukan sebab-sebab yang diperbolehkan syariat. Yaitu, hendaknya dia tidak mencari suami dengan cara menjalin hubungan terlarang, namun dengan doa, hendaknya dia memohon kepada Allah, dan hendaknya walinya berusaha mencarikan pasangan untuknya, yaitu ayahnya atau saudaranya.
Begitu juga, kawan-kawannya yang salihah, hendaknya ada rekomendasi dari salah seorang di antara mereka untuknya, yaitu laki-laki yang saleh dari kerabatnya, dia kabarkan kepadanya perihal wanita ini, dengan mengatakan, “Ada seorang wanita yang berasal dari keluarga yang baik agamanya, bagaimana jika kami melamar dia untukmu?”
Jangan berkata, “Ini nomornya, bicaralah dengan dia!” Jangan! “Bagaimana jika kami melamar dia untukmu?” Begitu seharusnya. Jadi, ada sebab-sebab yang boleh secara syariat untuk ditempuh. Dan yang paling penting, wanita ini harus mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapatkan dengan bermaksiat kepada-Nya! Sebagian dari mereka berkata, “Sudah! Aku akan membuka internet dan mencari pasangan, aku akan menjalin hubungan, ngobrol dengan lelaki sampai aku mendapat jodoh, aku akan menghubungi ini dan itu, aku akan menjalin hubungan dengan ini dan itu.” Dan begitu seterusnya. Maka kami katakan “Tidak, apa yang ada di sisi Allah berupa rezeki, tidak akan didapatkan dengan bermaksiat kepada Allah, tapi didapatkan dengan menaati-Nya.”
Dengan dia meminta kepada Tuhan-Nya dan para walinya berupaya mencarikan jodoh untuknya, dan wanita-wanita yang baik di sekitar dia hendaknya mencarikan jodoh untuknya. Dan jalur yang syar’i adalah seorang pelamar datang dari pintunya, yaitu melalui walinya. Dan hendaknya dia ingat doa Nabi Musa ‘alaihis salam, “Sungguh aku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashas: 24) Ketika Nabis Musa berteduh, apa yang dia katakan?
“Ya Tuhanku, sungguh aku sangat memerlukan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashas: 24) Aku sangat membutuhkan kebaikan dari-Mu, wahai Tuhanku! Kemudian Allah nikahkan beliau. Lalu Allah nikahkan beliau, “Kemudian datanglah kepada Musa salah satu dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata: ‘Sesungguhnya bapakku memanggilmu, …`” (QS. Al-Qashas: 25)
“Kemudian datanglah kepada Musa salah satu dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, dan ia berkata, …” “Dia berjalan malu-malu, …” Dia malu, baik ketika berkata, ataupun ketika berjalan.
================================================================================
تَقُولُ الْأُخْتُ أَنَا مَهْمُومَةٌ نَفْسِي نَفْسِي أَنَا عَفَّةٌ بِالْحَلَالِ
لَكِنْ تَأَخَّرَ زَوَاجِيْ أَوْصِنَا بِأُمُورٍ
رَبَّنَا يُسَهِّلُ الْأَمْرَ
طَيِّبٌ أَوَّلًا اللُّجُوءُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَمْرٌ فِي غَايَةِ الْأَهَمِّيَّةِ
وَطَلَبُ الرِّزْقِ مِنَ اللهِ يَشْمَلُ أَنْ يَرْزُقَهَا زَوْجًا صَالِحًا
إِذَنْ هَذَا الشَّيْءُ الَّذِي تَحْتَاجُهُ الْمَرْأَةُ تَنْتَظِرُهُ الْفَتَاةُ
وَهِيَ تَحْلُمُ بِزَوْجٍ وَأَوْلاَدٍ وَبَيْتٍ وَأُسْرَةٍ مُسْتَقِلَّةٍ
تَهْدَأُ فِيهَا تَعِيشُ فِيهَا
هَذَا مَطْلَبٌ طَبِيعِيٌّ لِلْمَرْأَةِ
اللهُ خَلَقَهَا وَجَعَلَ هَذَا فِي فِطْرَتِهَا
وَكَذَلِكَ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ تَتَّخِذُ الْأَسْبَابَ الْمَشْرُوعَةَ
فَهِيَ لَا تَبْحَثُ عَنِ الزَّوْجِ عَبْرَ إِقَامَةِ عَلَقَاتٍ مُحَرَّمَةٍ
لَكِنْ بِالدُّعَاءِ سُؤَالِ اللهِ
بِتَحَرُّكِ أَوْلِيَائِهَا يَبْحَثُونَ لَهَا أَبُوهَا أَخُوهَا
كَذَلِكَ صَاحِبَاتُهَا الصَّالِحَاتُ تَدُلُّ
الْوَاحِدَةُ مِنْهُنَّ عَلَيهَا مَنْ يَكُونُ صَالِحًا مِنْ أَقَارِبِهَا
فَتَذْكُرُهُ فَتَذْكُرَهَا لَهُ تَقُوْلُ
يُوجَدُ فَتَاةٌ فِي أُسْرَةٍ صَاحِبَةِ الدِّيْنِ
مَا رَأْيُكَ أَنْ نَخْطُبَهَا لَكَ؟
مَا تَقُولُ خُذْ رَقْمَهَا وَكَلِّمْهَا لَا
مَا رَأْيُكَ أَنْ نَخْطُبَهَا لَكَ؟ وَهَكَذَا
إِذَنْ هُنَاكَ أَسْبَابٌ جَائِزَةٌ شَرْعًا تُتَّخَذُ
أَهَّمُ شَيْءٍ أَنْ تُدْرِكَ الْمَرْأَةُ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ
لَا يُنَالُ بِمَعْصِيَتِهِ بَعْضُهُنَّ تَقُولُ
خَلَاص أَنَا سَأَفْتَحُ الْإِنْتِرْنِت وَأَبْحَثُ عَنْ زَوْجٍ وَأُقِيمُ عَلاَقَاتٍ
وَأُكَلِّمُ الرِّجَالَ حَتَّى أَحْصُلَ عَلَى زَوْجٍ وَأُكَلِّمُ هَذَا وَهَذَا وَهَذَا
وَأُقِيمُ عَلَاقَاتٍ مَعَ هَذَا وَهَذَا وَهَكَذَا
فَنَقُولُ لَا مَا عِنْدَ اللهِ يَعْنِي مِنَ الرِّزْقِ
لَا يُنَالُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ يُنَالُ بِطَاعَتِهِ
تَسْأَلُ رَبَّهَا يَتَحَرَّكُ أَوْلِيَاؤُهَا
مَنْ حَوْلَهَا مِنَ النِّسَاءِ الطَّيِّبَاتِ يَبْحَثْنَ لَهَا
وَالطَّرِيقُ الشَّرْعِيُّ يَعْنِي الْخَاطِبُ يَجِيءُ مِنَ الْبَابِ عَنْ طَرِيقِ وَلِيِّهَا
وَهِيَ تَتَذَكَّرُ دُعَاءَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ
إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ- الْقَصَصُ الْآيَةُ 24
فَلَمَّا تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ مَاذَا قَالَ؟
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ- الْقَصَصُ الْآيَةُ 24
أَنَا مُحْتَاجٌ إِلَى خَيْرِكَ يا رَبِّ فَزَوَّجَهُ اللهُ
فَزَوَّجَهُ اللهُ – فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا
تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ – الْقَصَصُ الْآيَةُ 25
تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ – الْقَصَصُ الْآيَةُ 25
الْحَيَاءُ فِي كَلَامِهَا وَفِي مِشْيَتِهَا